Sihir adalah sebuah bidang ilmu sah yang terbukti dan memiliki
pengaruh cukup besar bagi kehidupan di dunia ini.
Sihir pada dasarnya adalah sebuah pengendalian atau
manipulasi Mana dimana penggunanya disebut Penyihir atau Ahli
Sihir. Memanfaatkan energi Kehidupan berupa Eter dan Mana untuk
menimbulkan fenomena alam sesuai kehendak dan memanipulasinya.
Mereka yang bisa menggunakan sihir biasanya memiliki sebuah
Sirkuit Sihir yang terlatih, bisa memanipulasi Vitalitas yang disimpan dalam
sebuah Media Penyimpanan Mana yang sering disebut Inti Sihir
di dalam Tubuh. Ada juga beberapa orang yang bisa memanipulasi Mana alam
dari luar tubuh, tetapi beban terhadap Inti dan Sirkuit sihir bisa lebih berat
dari penggunaan Mana Internal.
Sihir memiliki berbagai macam jenis, seperti Sihir Kegelapan,
Sihir Rune, Sihir Manipulasi, Sihir Elemen, Sihir Roh, dan
berbagai jenis lainnya. Tetapi pada dasarnya Sihir dibagi menjadi dua kategori,
yaitu manipulasi Mana Internal dan Mana Eksternal.
Sedangkan Mana sendiri adalah sebuah sebutan
untuk vitalitas (tenaga kehidupan) yang berbentuk, memiliki wujud abstrak dan
bisa dirasakan. Setiap makhluk hidup memiliki Mana, entah itu
manusia, hewan, tumbuhan, atau bahkan batu, angin, api, air, atau fenomena alam
lainnya. Mana dalam makhluk hidup biasanya tersimpan pada Inti
Sihir yang bisa berkembang, baik secara Kualitas ataupun Kuantitas.
Di benua Michigan, yang merupakan satu-satu daratan yang tersisa
setelah Perang Para Dewa dan Iblis, Sihir adalah hal yang sangat wajar. Selain
itu, ada juga manipulasi Mana yang berbeda dengan Sihir, yaitu
Seni Tarung atau Battle Art.
Battle Art berbeda
dengan sihir secara mendasar. Teknik manipulasi Mana ini
berfokus pada Serangan dan dikhususkan untuk bertarung seperti namanya,
memanipulasi Mana Internal, kemudian melepaskannya untuk
peningkatan kemampuan fisik atau menambah dampak serangan.
Hampir sama dengan sihir, Battle Art juga
memiliki berbagai macam jenis seperti Seni Pedang, Seni Tombak, Seni Tarung
Tangan Kosong, Seni Memanah, dan berbagai jenis lainnya. Dalam hal ini,
Keluarga Luke merupakan contoh ahli dalam Pengguna Seni Tarung aliran Pedang
Tunggal.
««»»
Lima tahun setelah kelahiran Tuan Muda keluarga Luke. Pada pertengahan
musim panas, seorang gadis pelayan (Maid) berjalan menyusuri
lorong Mansion dengan tergesa-gesa. Gadis pelayan itu adalah
Julia, seorang Demi-human dari ras Manusia Kucing yang bertugas untuk menjaga
pewaris Tuan Tanah sekaligus Bangsawan daerah selatan Kerajaan Felixia di
kediaman itu.
Sambil menggerak-gerakkan ekornya yang dipenuhi bulu putih
keperakan, gadis berpakaian pelayan itu berjalan menuju ke kamar Tuan Muda
keluarga Luke sambil membawa botol berisi susu sapi hangat di tangannya.
Sesampainya di depan pintu, ia lekas membukanya dan masuk sambil
berkata, “Selamat pagi, Tuan Odo!!” dengan penuh semangat.
Tetapi sesaat setelah melihat apa yang ada di dalam, Ia
terbelalak. Apa yang terlihat oleh mata berwarna kehijauan miliknya, itu membuatnya
benar-benar habis pikir kenapa anak umur lima tahun bisa sangat cerdik dan
memanjat pagar keranjang tidur dengan mudah.
“Tuaaan!!” teriak Julia sambil berlari ke arahnya.
Seakan memahami apa yang terjadi, Odo kecil terkejut panik. Dia
segera mempercepat panjatnya dan segera turun dari keranjang tidur. Dengan kaki
kecil yang masih belum bisa berlari dengan baik, ia berusaha kabur dari gadis
pelayan bernama Julia itu.
“Ketangkap kau .... he he ....”
Julia memegang Odo dari belakang. Sambil mengangkat dan mulai
menggendongnya di depan, Julia menunjukkan susu sapi dalam botol dengan dot
yang sudah siap dimasukkan ke dalam mulut Odo.
“Ini yang Anda tunggu-tunggu, Tu⸻”
Tanpa membiarkan Julia menyuapi, Odo merebut botol berisi susu dan
mengenyot isinya itu sendiri. Untuk anak berumur lima tahun, Odo bisa terbilang
aneh. Dia sudah berhenti menyusu ke Ibunya sejak umur satu tahun dan lebih
memilih minum susu sapi.
Bukan hanya itu saja, pada umur satu tahun juga dia sudah bisa
berjalan dengan baik. Pada umur dua sampai tiga tahun, dia sudah bisa membaca
dan berbicara, meskipun kalau berbicara kata-katanya masih terdengar kurang
jelas.
“Udah!” ucap Odo sambil menunjukkan botol yang sudah kosong.
Melihat itu, Julia memberikan pandangan heran padanya.
Setelah menyerahkan botol kosong kepada Julia, Odo meronta-ronta
meminta untuk turun. Ia menurunkannya, tetapi setelah kedua tangan Julia
melepaskannya, anak berumur lima tahun itu berlari pergi.
“Aah, mau ke mana, Tuan Odo?” tanya Julisa sambil menangkap anak
kecil itu dan menggendongnya kembali.
“Pelpustakaan! Buku!” jawabnya dengan nada sedikit cadel.
Mendengar itu Julia menghela napas ringan. “Ke perpustakaan lagi?
Kenapa Anda suka sekali dengan Buku, Sih?” ucap Julia sambil mencubit pipi
tembem Odo.
Anak berambut hitam itu merasa kesal. Sambil menarik-narik telinga
kucing Julia, anak itu terus meronta seraya berkata, “Pepus! Pelpus!!Pelpus!!”
“Ah, iya, iya. Ayo ke sana .... Jangan menarik telingaku, Tuan
Odo.”
Pada akhirnya, Julia setuju untuk pergi ke Perpustakaan. Tentu
saja mereka pergi setelah gadis pelayan itu selesai merapikan kamar Odo.
Sejenak Julia mengembalikan anak kecil itu ke dalam keranjang tidur yang
terbuat dari kayu dengan hiasan ukir, kemudian mulai membereskan kamar seperti
pelayan rumah tangga pada umumnya.
Seusai itu, Julia kembali menggendong Odo di depan dengan kedua
tangan dan pergi ke Perpustakaan yang terletak di sebelah Mansion.
Mereka melewati lorong dengan desain arsitektur klasik, jendela-jendela dengan
kaca hias di bagian atasnya, dan lantai marmer yang indah.
Saat sampai di taman yang terletak di antara kediamannya dan
perpustakaan, Odo yang berada di gendongan Julia menarik telinga gadis
Demi-human itu dan memintanya berhenti sesaat.
Dengan wajah kagum, anak berumur lima tahun itu melihat taman yang
dipenuhi Roh Tingkat Bawah yang beterbangan di atas tanaman dan bunga-bunga.
Melihat wajah Tuan Mudanya itu, Julia sesaat tersenyum kecil.
Ekspresi kekanak-kanakan yang ada membuat Julia sadar kalau Odo memang hanya
seorang anak kecil seperti pada umumnya. Walaupun dia tidak biasa, tetapi itu
tidak merubah fakta bahwa dia adalah anak yang masih berumur lima tahun.
Anak kecil itu mengulurkan kedua tangannya ke depan. Beberapa
detik kemudian, beberapa Roh Tingkat Rendah berbentuk seperti kilauan cahaya
hinggap di ujung tangannya. Bukan hanya satu atau dua, puluhan kilauan Roh
Kelas Rendah mulai melayang mengelilingi Odo dan Julia.
Julia terkejut dengan apa yang terjadi, fenomena itu sangat jarang
terjadi. Pada dasarnya Roh Tingkat Bawah tidak memiliki kepribadian dan hanya
berupa fenomena alam berbentuk cahaya, tetapi sekarang mereka berkumpul di
dekat Julia dan Odo seakan tertarik akan sesuatu.
“Ini ... Apa mereka terpikat oleh Tuan Muda?” Dengan bingung Julia menatap Odo yang terlihat bahagia dikerumuni
para Roh.
Setelah puas melihat-lihat berbagai macam Roh Tingkat Rendah di
taman, mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju Perpustakaan yang terletak
tidak jauh dari Mansion. Melewati jalan batu bata yang disusun
di tengah taman herbal, akhirnya Mereka berdua sampai di Perpustakaan yang
tingginya bagaikan mercusuar.
Julia membuka pintu, kemudian mereka masuk. Di dalam mereka
langsung disambut ratusan lemari dengan berbagai buku di dalam raknya. Di sana
terdapat 12 lantai, dengan tiap-tiap lantai luasnya sekitar sama dengan sebuah
balai kota kecil. Saat mendongak ke atas, karena bagian tengah berongga sampai
atas mereka dapat melihat puncak Perpustakaan yang cekung karena atapnya
berkubah.
Pada ujung lantai dasar, terlihat sebuah tangga zig-zag yang terus
berlanjut menghubungkan tiap lantai sampai puncak. Pada tempat itu juga
terdapat sebuah ukiran struktur sihir yang tertanam pada lantai keramik, serta
pada dinding-dinding.
Perpustakaan keluarga Luke bukanlah perpustakaan biasa, tempat itu
adalah Perpustakaan Sejuta Buku Sihir, Luke Scientia. Merupakan tempat yang
dibuat oleh ibunya Odo, Mavis sang Penyihir Cahaya.
Selekas masuk, Odo turun dari gendongan Julia dan berjalan di
cepat di atas permukaan lantai keramik berwarna krem. Melihat betapa
semangatnya anak berumur lima tahun itu, Julia sesaat tersenyum dan menghela
lega.
“Semangat sekali ya. Hemn, kurasa tak masalah membiarkan Tuan Muda
seperti itu .... Lagi pula tempat ini juga ada dia.”
Julia berjalan ke arah meja yang ada di dekat tempat baca
Perpustakaan, terletak di dekat tangga menuju lantai atas. Sambil duduk di
kursi dekat meja berbentuk bundar tersebut, Julia kembali mengamati Odo yang
berlarian menyusuri susunan lemari buku di lantai satu.
Dari tiap-tiap buku yang dilihat Odo, tidak ada satupun yang
diambil olehnya. Yang anak kecil itu cari bukanlah buku sekarang, tetapi
seorang Roh Agung yang tinggal di Perpustakaan tersebut.
Setelah melewati beberapa lemari buku, akhirnya Odo menemukan Vil,
Roh Agung beratribut Air yang merupakan salah satu Roh yang ibunya kontrak. Dia
duduk di atas salah satu lemari sambil membaca buku, di sekitar tubuhnya
terdapat gelembung-gelembung air yang melayang dan Aura Sihir berwarna Marine dapat
terlihat jelas darinya.
Seraya mendongak ke atas, Odo mengulurkan kedua tangannya ke arah
Vil seraya berkata, “Viii!! Buku ....!”
Roh Agung itu menutup buku yang ia baca dan gelembung-gelembung
air di sekitarnya menghilang. Setelah menatap Odo yang berada di bawah dan
sekilas menghela napas, Roh Agung berambut biru laut yang panjangnya sampai
pinggang itu melayang turun dari atas lemari seraya berputar dan memasukkan
buku yang tadi ia baca ke dalam rak.
Vil mendarat sangat halus, diawali dengan ujung jempol kaki kanan
terlebih dahulu dan diikuti gaun hitamnya yang terjuntai ke lantai. Odo
menatapnya, wajah Roh Agung itu tertutup cadar hitam dan kepalanya ditutup
kerudung tipis. Penampilan itu sedikit mirip dengan gaya busana kerajaan Ungea.
“Kamu tidak bosan-bosan ya? Padahal anak semuranmu itu kebanyakan
bermain di luar daripada terus datang ke tempat seperti ini loh,” ucap Vil.
“Di sini asik! Vil, tolong ajari aku sihir lagi, aku mohon .....”
Odo memandang Roh Agung tersebut dengan wajah memelas. Melihat hal itu, Vil
merasa kalau anak itu sedikit mirip seperti seekor marmut kecil berbulu hitam.
“Imutnya,” pikir Vil
sambil sekilas memalingkan wajahnya.
Odo berjalan mendekati Vil, kemudian menarik gaunnya dengan sekali
lagi memohon, “Mau ya, Vil ...?”
“Ba-Baiklah, kamu ini selalu merepotkan ya. Hari ini mau belajar
apa lagi? Lanjut tentang Rune lagi? Atau tentang Mantra ?” Vil
menggendong Odo, kemudian membawanya melayang ke atas menuju ke lantai tiga
Perpustakaan.
Julia yang melihat itu sempat terkejut, tetapi saat Vil menatap
gadis pelayan itu dan mengangguk, ia duduk lagi. Vil adalah salah satu Roh
kepercayaan Mavis, tidak ada salahnya Tuan Mudanya dibawa sesaat oleh Roh Agung
tersebut, itulah yang Julia rasakan.
Sesampainya di lantai tiga, Vil yang menggendong Odo dengan kedua
tangannya mulai melayang ke salah satu lemari dan mengambil sebuah buku dari
raknya.
“Bagaimana dengan ini, Pembahasan Rapalan dan Mantra Sihir Elemen?”
ucap Vil sambil menunjukkan buku kepada Odo.
Anak kecil memasang wajah sedikit tidak puas karena judul buku itu
tidak sesuai dengan apa yang Vil ucapkan. Untuk anak yang masih berumur lima
tahun, Odo sebenarnya lebih dewasa dari umurnya, baik secara mental dan
intelegensi.
Secara mental dia berumur lebih dari 23 tahun (18 + 5 tahun)
karena jiwanya adalah seorang reinkarnasi. Dengan ingatan dari kehidupan
sebelumnya yang dibawa secara penuh, anak bernama Odo itu dalam segi
pembelajaran sangatlah cepat dan dalam bakat sihir di atas rata-rata. Oleh
karena itulah dia tidak terlihat suka saat dibodohi.
“Pengantar Awal Lapalan dan Mantra Sihir Elemen,” ucap Odo sambil
melihat wajah Vil.
“Eh ...?” Roh Agung itu sedikit terkejut. Sambil memalingkan
wajah, ia bergumam, “Dia sudah benar-benar sudah bisa membaca ya .... Padahal
tulisan nya bahasa kuno lo.”
“Ganti ... buku itu saja!” ucap Odo sambil menunjuk salah satu
buku dalam rak. Vil mengambilnya dan melihat judulnya. “Teknik Rapalan Senyap
dan Sihir Kuno ....?” ucap Vil saat membaca judul buku yang Odo tunjuk
tersebut.
Dengan wajah heran, Roh Agung tersebut menatap tajam Odo. “Kamu
benar-benar ingin belajar buku ini? Apa kamu yakin bisa paham?” tanyanya.
Odo mengangguk dan tersenyum layaknya anak kecil. Melihat wajah
polos anak itu, Vil menghela napas menyerah dan membawa Odo ke atas salah satu
lemari, kemudian memangkunya.
Sambil memangku Odo dan membuka buku di hadapannya, Vil mulai
menjelaskan isi di buku tersebut kepada anak kecil berambut hitam itu.
Dengan suasana senyap dan serius, Odo mendengarkan penjelasan buku
tersebut. Buku itu berisi tentang sebuah teknik yang bernama “Rapalan Senyap”
dan beberapa Sihir Kuno seperti Petir Merah dan beberapa sihir berjenis elemen
petir lainnya.
Setelah selesai menjelaskan isi buku kepada Odo, Vil menutup
bukunya. Tidak disangka-sangka empat jam berjalan begitu cepat. Saat melihat
wajah Odo yang berada di pangkuannya, Roh Agung tersebut sedikit heran karena
anak berambut itu cenderung diam, tidak seperti biasanya.
“Tumben diam. Apa buku ini sulit dipahami, Odo?” tanya Vil.
“Bukan itu ..., hanya saja aku baru tahu kalau mantra hanya
digunakan untuk membantu pengguna sihir untuk mengimajinasikan Sihirnya,” jawab
Odo.
Mendengar jawaban seperti orang dewasa dan cara berbicara tidak
cadel, Vil sempat terkejut dan bingung.
“A ....” Odo ikut terkejut, wajahnya berkeringat dan mulai
berpaling dari Vil.
“Apa kamu sudah tahu dasar sihir itu apa?” tanya Vil.
“Sugesti dan Imajinasi, serta manipulasi vitalitas.” Sekali lagi
Odo keceplosan bicara.
Mendengar itu, Vil bukannya merasa curiga tatapi dia malah kagum
akan kecerdasan anak berumur lima tahun tersebut. “He-Hebat, padahal kamu baru
belajar sihir setengah tahun, 'kan? Kenapa kamu secerdas ini sih. Imut sekali
sih kamu~!” Vil langsung memeluk Odo dari belakang. Untuk seorang Roh yang
pendiam, Vil termasuk cukup terbuka pada Odo yang masih anak-anak.
“Untung dia tidak curiga,” pikir Odo.
Di saat Roh Agung itu kegirangan memeluk Odo, terdengar suara
pintu Perpustakaan dibuka. Vil dan Odo lekas menoleh, di sana terlihat seorang
Demi-human dari ras manusia Rubah yang memiliki sembilan ekor dengan bulu-bulu
yang lebat.
Rambutnya hitam kecoklatan, mengenakan Kimono dengan Haori hitam,
serta memiliki telinga rubah. Gadis Rubah itu adalah Fiola , Pelayan sekaligus
Penjaga pribadi ibunya Odo, Mavis.
[Catatan: Kimono, pakaian tradisional jepang (sudah
pada tahu pasti); Haori, jubah yang sering dipakai
dengan Kimono]
Selekas masuk ia secara insting melihat ke arah Vil dan Odo yang
duduk di atas lemari lantai dua. Tatapan mata merahnya tajam, Odo sedikit
gemetar akan hal tersebut.
“Kurasa cukup sampai di sini dulu ya, Odo.” Gadis Roh itu menutup
buku dan meletakkannya di atas lemari.
Vil menggendong Odo dengan kedua tangan, kemudian mulai melayang
turun ke lantai satu. Setelah mendarat dengan halus, Julia yang dari tadi
menunggu di bawah menghampiri mereka bertiga sambil membawa sebuah nampan yang di
atasnya terdapat poci keramik berisi teh herbal dan beberapa cangkir.
“Ada keperluan apa, Fiola?” tanya Julia.
“Tuan Dart mencari Tuan Muda. Sebentar lagi makan siang, katanya
dia disuruh siap-siap, Tuan Dart sudah menunggu di ruang makan,” jawab Fiola.
“Ah, benar juga ....”
Julia teringat akan sesuatu. Kalau memang seperti rutinitas
harian, sekarang memang saatnya mereka makan siang bersama dan tugasnya adalah
menata semua keperluan Odo, kemudian membawanya ke ruang makan.
Gadis kucing itu lekas melihat ke arah Odo yang sedang digendong
Vil di belakangnya. Dengan tatapan seperti pemangsa yang melihat mangsa, Julia
mendekat dan menatap Odo dari dekat.
Odo menapak wajah Julia dengan kedua kakinya. Sambil meronta
kecil, anak berambut hitam itu berkata, “Gak!”
“Imut sekali,” itulah
yang dipikirkan semua orang yang ada di tempat itu saat melihat tingkah Odo.
Anak itu meronta kembali, kemudian turun dari gendongan dan
berlari ke belakang Vil, bersembunyi dari gadis dengan tatapan seperti ingin
memangsa itu.
“Juli, apa kamu benar-benar bisa merawat Tuan Muda?” tanya Fiola
dengan tatapan ragu.
Julia berbalik seraya menggerak-gerakkan ekor dan telinganya. “Te-Tentu
saja bisa! Aku sudah menjaganya sejak masih umur satu tahun tahu!” ucapnya
dengan sedikit panik.
“Tapi ....” Fiola melihat Odo yang mengintip dari balik gaun Vil. “Sepertinya
dia sama sekali tidak suka kamu loh,” lanjutnya.
“Itu ....”
Sesaat suasana senyap. Di saat semua diam, Odo berlari dari balik
gaun Vil menuju ke arah Julia. Melihat itu, Julia terlihat senang dan tersenyum
bahagia karena mengira Odo berlari ke arahnya, tetapi sayang sekali dia salah.
Odo terus berlari melewati Julia dan menuju Fiola, kemudian ekornya yang lebat.
“Bo-Bocah kurang ajar~!!” ucap Julia dengan nada merajuk.
“Pffft!”
“Pfft ....”
Vil dan Fiola yang melihat reaksi itu tertawa kecil. Seketika
wajah Julia merona merah. “Kejam! Malah ditertawai? Tauk ah, kalian semua ini
memang menyebalkan!” Dengan kesal Julia berjalan pergi ke arah meja dan hendak
meletakkan nampan berisi poci dan cangkir ke atasnya.
Melihat sahabatnya mengambek, Fiola sedikit panik dan melangkah ke
depan. “Ma-Maaf, Julia. Tadi hanya bercan⸻” Gadis Rubah itu lupa, bahwa Odo masih memeluk salah satu ekornya
di belakang. Karena dirinya melangkah ke depan dan ekornya ikut bergerak, tubuh
Odo yang masih memeluk erat salah satu ekor Fiola ikut terpelanting ke depan
dan jatuh dengan wajah mendarat ke lantai.
Plak!
Suara jatuhnya terdengar cukup keras, bahkan Vil, Fiola, dan Julia
terkejut akan hal tersebut. Julia yang hendak menaruh nampan yang paling
terkejut, Fiola hanya memasang wajah yang berkata, “A ...”, sedangkan
Vil hanya melirik ringan.
Di saat mereka membatu melihat Odo yang terjatuh, anak berumur lima tahun
itu bangun sendiri tanpa menangis. Dengan hidung yang sedikit memerah, dia
berjalan pergi ke arah Vil.
“Buku!!” ucapnya sambil mengulurkan kedua tangan seperti meminta
apa yang diucapkan.
“Nih, anak ... mentalnya terbuat dari apa sih?”
“Suka sekali sama buku ya .....”
“Anaknya Nyonya memang beda ....”
Pikir Julia, Vil, dan Fiola secara bersamaan.
Tentu saja Vil menolak permintaan itu karena ayahnya Odo, sang
Tuan Tanah telah memanggil. Walaupun ia sempat merengek tidak mau pergi, pada
akhirnya dengan diberikan satu buku untuk dibawanya, Odo dengan tanpa rewel
digendong Julia pergi ke ruang makan.
No comments:
Post a Comment